Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Drs Mukhtarudin menjuluki Pekerja Migran Indonesia (PMI) dengan ‘Pejuang Devisa’ bukan ‘Pahlawan Devisa’.
“Pekerja migran ini saya sebut sebagai ‘Pejuang Devisa’, karena dia masih berjuang,” ujarnya pada saat lounching Buku Saku Literasi Keuangan untuk Pekerja Migran Indonesia di Jakarta, Senin 10/11/2025.
Menurut Mukhtarudin, dirinya tidak menyebut PMI sebagai pahlawan karena istilah pahlawan identik dengan sosok yang telah wafat.
Oleh karenanya ia menjulukinya sebagai “Pejuang Devisa”. Perjuangannya tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga bagi negara. Sehingga berkontribusi pada kemajuan ekonomi nasional.
“Kontribusi PMI sebagai Pejuang Devisa akan menjadi pilar utama kemajuan bangsa, termasuk dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” katanya.
Dijelaskan, berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), sejak 2024 hingga November 2025, jumlah penempatan PMI telah mencapai 534 ribu, menghasilkan remitansi sebesar Rp253,9 triliun.
Sementara, untuk tahun 2025, jumlah penempatan PMI mencapai 233 ribu dan menghasilkan remitansi sebesar Rp136 triliun.
Diteruskan, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), remitansi PMI berkontribusi sekitar 1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, menjadikannya salah satu sumber devisa nonmigas yang paling stabil.
Mukhtaridin, ingin mengejar remitansi Pekerja Migran Filipina, yang mencapai Rp600 triliun di tahun 2024. Angka ini berkontribusi 30% dari total PDB nasional Filipina.
Untuk itu pemerintah tengah menyiapkan anggaran sebesar Rp8 triliun – Rp15 triliun pada tahun 2026 dialokasikan untuk membiayai pelatihan bagi 500 ribu calon Pekerja Migran Indonesia.
Program tersebut akan diintegrasikan dengan pendidikan vokasi nasional dan kelas migran di berbagai lembaga pendidikan tinggi seperti Unhas dan Pasim Bandung, guna mencetak Pekerja Migran Indonesia yang unggul, profesional, dan berdaya saing global.








